fbpx

UBL dan Seniman Jogja Berkolaborasi dalam Pembuatan Kain Tapis Metode Cap Ramah Lingkungan

Universitas Bandar Lampung (UBL) melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM) terus berinovasi dan berkolaborasi dengan masyarakat. Kali ini tim UBL bersama seniman Jogjakarta Nurohmat melakukan kolaborasi dalam membuat Tapis Lampung dengan metode cap yang ramah lingkungan di Desa Negeri Katon Pesawaran.

Nurohmat yang memiliki sanggar DongAji_batik Jogjakarta dalam pelatihan ini menjelaskan, teknologi cap ramah lingkungan ini memanfaatkan kertas bekas yang banyak dijumpai di masyarakat seperti bungkus rokok, kotak snack, sisa limbah undangan hingga limbah rumah tangga lainnya.

“Berdasarkan pengalaman yang sudah saya lakukan, alat cap ramah lingkungan yang dibuat dengan memanfaatkan bahan kertas bekas dapat digunakan untuk mengecap hingga 32 .000 kali. Ini artinya kita bisa berinovasi tapi juga bisa membantu mengurangi sampah kertas yang ada” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pembuatan desain kain tapis Lampung dalam hal ini memerlukan presisi yang akurat dan pengrajin perlu mempertimbangkan pemotongan desain agar pengecapan dapat dilakukan secara bersambung (nyengget) dan ketelatenan dari si calon pembuat cap.

“Pengrajin perlu mempertimbangkan pemotongan desain agar pengecapan dapat dilakukan secara bersambung dan telaten” ungkapnya.

Sementara Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UBL Ida farida dalam sambutannya mengatakan pelestarian kain tapis sebagai budaya asli Lampung memerlukan inovasi agar kain tapis tetap diminati masyarakat Lampung.

“Pengembangan inovasi pembuatan kain tapis dengan metode cap yang ramah lingkungan merupakan salah satu hal yang dilakukan UBL agar kain tapis tetap di hati masyarakat Lampung” terangnya.

Sedangkan Redawati Ketua Kelompok Pengrajin Tapis Jejama mengungkapkan pelatihan pembuatan kain tapis dengan metode cap yang ramah lingkungan yang dikembangkan UBL dengan mendatangkan seniman asal Yogyakarta merupakan langkah yang sangat tepat untuk mendorong pelestarian tapis sebagai budaya asli Lampung.

“Walaupun kain tapis yang dibuat merupakan duplikasi dari kain tapis asli, namun motif kain tapis yang dibuat dengan metode cap ramah lingkungan tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan masyarakat Lampung terhadap budaya asli Lampung” pungkasnya.

Kegiatan ini merupakan pegabdian kepada masyarakat dengan pendanaan dari pendanaan program penelitian kebijakan merdeka belajar kampus merdeka dan pengabdian kepada masyarakat berbasis hasil penelitian perguruan tinggi swasta tahun 2021 Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi yang beranggotakan Soewito,Budhi Waskito, Noning Verawati, dan Hanindyalaila Pienrasmi.

Tags:

Related posts: