Kesulitan Ekonomi, Membawanya Menjadi Wisudawan Cumlaude UBL
Mungkin bagi sebagian orang, kesulitan ekonomi menjadi hambatan buat sukses menyabet predikat sebagai lulusan terbaik perguruan tinggi dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4,00 atau dianalogikan Cumlaude. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi Wisudawan terbaik Universitas Bandar Lampung (UBL) jenjang Sarjana Strata I (S1) tahun akademik genap 2015/2016, Cynthia Jonathan, SE yang bisa menggapai hal itu dikampus berjargon ‘Solution for present and future’ ini dalam rentang masa aktif kuliah 3,5 tahun. Diakuinya, gadis berwajah oriental ini untuk menggapai itu didasari dengan permulaan yang sangat sulit. Pasalnya, Cynjo, begitu ia disapa harus menghadapi dilema kesulitan ekonomi, akibat roda bisnis keluarga yang dibangun sang papa mengalami kebangkrutan. Sehingga keputusan hijrah ke Lampung, merealisasikannya dapat merasakan kuliah, yang sebelumnya tidak terpikirkan sama sekali. Dara yang sering berpindah sekolah ini, berujar cukup beruntung menemukan brosur beasiswa UBL yang memberikannya kesempatan kuliah ‘gratis’ dengan prosentase 100 persen, ditengah melakukan Ujian nasional (UN) di SMA Imannuel Bandar Lampung, ketika pindah dari SMAN 3 Setiabudi Jakarta. “Dipikiran saya saat itu, selesaikan sekolah (SMA) dulu, jadi buat kuliah tidak pernah terpikirkan. Karena tidak mau merepotkan papa-mama, meskipun orangtua pasti berusaha mencarikan uangnya. Tapi, saya ngotot ingin dapatkan beasiswa. Saya lalu lanjut daftar kebagian marketing dan ikut tesnya. Tuhan jawab doa saya, dari brosur (beasiswa) UBL beri jalan saya lanjut kuliah,”ucapnya. Putri pasangan Welly Jonathan dan Fenny Riona ini berujar tidak takut dilepas di Lampung dengan kondisi lingkungan baru, yang dianggap publik adat masyarakatnya jauh lebih keras dibandingkan di Jakarta. Tapi, dia tetap hijrah setelah tertanam mindset bahwa beasiswa dari Tuhan melalui UBL merupakan kesempatan yang tidak mungkin buat kedua kalinya. “Seperti moto saya, ‘lakukan sesuatu untuk Tuhan bukan untuk manusia’ sehingga ada rasa tanggungjawab menyelesaikan beasiswa ini. Tidak hanya kasih terbaik, tapi berjuang sampai titik darah penghabisan dengan integritas tinggi. Dengan prinsip itu, kejenuhan belajar tidak berasa, malah termotifasi raih posisi maksimal, ini wujud terimakasih saya ke Tuhan dan UBL,”ujarnya. Selain itu, cewek kelahiran Jakarta, 25 Oktober 1994 ini bocorkan kunci suksesnya sebagai wisudawan cumlaude berkat dua kunci utama. Yakni berani merubah pola pikir bahwa belajar bukan beban, tapi kesempatan berharga. Tapi, setiap orang harus berani bayar harga dengan melaksanakan tanggungjawab yang diberikan secara maksimal. “Kalau semua disandarkan kepada Tuhan, buat raih prestasi akan jauh dari kata curang. Kita akan jaga prestasi ini dengan langkah yang jujur, walaupun tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melihat. Termasuk beasiswa dan IPK (cumlaude) saya sebagai anugrah dari Tuhan,”kesannya. Bagi kakak dari Claudia dan Christy Jonathan ini, UBL dianggapnya tidak hanya dianggap universitas bergengsi di Lampung, tapi sudah sampai internasional. Namun setelah dia masuk sebagai mahasiswa, dia mendapatkan jawaban UBL termasuk kampus dengan tingkat kepedulian tinggi dengan memberikan beasiswa kepada para lulusan SMA sederajat kurang mampu. “Saya lihat kedepan, UBL akan luar biasa, termasuk jika wacana seluruh mahasiswa digratiskan sebelum 2035, terealisasi. Karena tiap tahunnya banyak lulusan SMA mengalami nasib sama seperti saya, kuliah tidak hanya kebutuhan hidup tapi batu loncatan mengangkat tingkat pendidikan, juga derajat keluarga. Kita punya kesempatan banyak, komunitas luas, dan karir semakin bagus,”jelasnya. Di UBL pula, alumnus SDK dan SMPK Ipeka Jakarta ini membuktikan bahwa implementasi nilai-nilai pruralisme sangat tinggi dikampus, termasuk di 6 fakultas dan 13 program studi yang ada.“Saya rasa tidak semua universitas sempurna, tapi UBL sudah memberikan yang terbaik bagi setiap mahasiswanya. Termasuk memacu sivitas akademika menonjolkan integritas dalam mengimplementasi tridarma perguruan tingginya,”imbuhnya. Kedepan, wanita yang berhasrat menjadi motivator ini ingin kejar karir sambil mencari kesempatan lanjut kuliah S2, disamping tetap bekerja sebagai consultant akuntansi dan bisnis diberbagai perusahaan guna membantu perekonomian keluarga. “Saya ingin hidup dan memberi dampak (manfaat baik) bagi orang lain,termasuk membangun generasi muda yang hidupnya hancur-hancuran. Saya ingin tularkan bahwa pengalaman pahit bisa berbuah manis dan berharga. ‘Intinya kesuksesan yang saya dapatkan juga bisa diraih oleh kebanyakan orang,”tukasnya. (Insan Ares, Foto Dharma Saputra, SH). |
Share