PAKAR ILKOM UBL MINIMALISIR DAN ANTISIPASI KONFLIK ANTARBUDAYA DAN POLITIK DI LAMPUNG
Masih sering terjadinya konflik di masyarakat Lampung terkait permasalahan antarbudaya dan politik membuat Doktor Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bandar Lampung (Prodi Ilkom FISIP UBL), Dr. Wawan Hernawan, M. Pd., sering dipercaya sebagai pakar antisipasi dan meminimalisir berbagai pertentangan itu di Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai. “Pemahaman tentang komunikasi antarbudaya dan politik di Lampung masih sangat rendah. Padahal penting, Lampung sebagai miniatur Indonesia memiliki keberagaman etnis, gender, level hingga agama sangat rentan terlihat sebagai perbedaan yang bisa menghantarkan (pemicu) konflik,” katanya di ruang kerja, lantai 6 gedung Rektorat UBL, kampus Drs. H. RM. Barusman UBL, Selasa (16/12/2015). Hal itu cukup beralasan, karena realita penyelesaian di lapangan sesuai hasil kajian disertasinya bertajuk ”Komunikasi Antar Umat Beragama Pada Studi Kasus Sikap Sosial Dalam Keberagaman Agama dan Iklim Politik di Kabupaten Kuningan Jawa Barat”, agar kontennya komperehensif, juga dikorelasikan dengan wilayah pembanding yakni Provinsi Lampung. “Dari sekian banyak kasus konflik sosial masyarakat, benang merahnya ada bentuk kekeliruan dalam proses komunikasi (miss-communication). Padahal ada bentuk kekayaan khasanah ke-Bhinneka Tunggal Ika-an kita,” ucap pria lulusan SDN Gotong Royong, Banjar Baru, Kalimantan Selatan ini. Hal itu yang mengantarkannya meraih Doktoral Keilmuan dibidang kajian utama Ilmu Komunikasi Antarbudaya Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, sebagai lulusan yang terbaik ditahun 2005. Diakuinya, Ilmu Komunikasi memang baru berkembang di Lampung. Padahal, Ilkom sejatinya sudah ada sejak ribuan tahun lalu bersamaan perkembangan keilmuan filsafat. “Dengan keterbukaan akses di era globalisasi informasi, juga membuka kecenderungan komunikasi menjadi hal penting dalam segala aspek (kehidupan). Tidak ada proses kehidupan tanpa melakukan berkomunikasi dalam bentuk apapun. Atas dasar itu, ketika UBL membuka prodi Ilkom terlihat banyak peminatnya,” ucapnya. Tak hanya itu, ayah dua anak itu membeberkan dalam perkembangan prodi ataupun fakultas Ilkom terlihat dari aspek kajian keilmuan primer seperti ada bidang penyiaran (broadcasting), jurnalistik, hubungan masyarakat (PR/humas), periklanan, hingga desain Komunikasi visual (DKV). Bahkan, pria penyanjung moto hidup “siapa yang dapat menguasai informasi maka akan menguasai dunia” ini mengaku ilmu komunikasi mulai terbentuk kajian spesifik seperti Komunikasi Antarbudaya dan Politik yang didalaminya. Terkait kajian keilmuan dengan manifestasi tridarma perguruan tinggi, pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 April 1963 ini mengabdikan pada pengajaran perkuliahan, riset penelitian dan pengabdian masyarakat. Bentuk riil salah satunya memberikan penyuluhan-penyuluhan ke organisasi sosial, kemasyarakatan, hingga ke publik langsung. “Itu sesuai kebutuhan dan masuk dalam lingkup ilmu komunikasi. Juga termasuk aplikasi dalam memberikan pemahaman pembelajaran keberagaman budaya dan aspekologi politik,” ucap Alumnus S1 dan S2 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, Jawa Barat ini. Sedangkan, bentuk penularan kajian keilmuan kepada sivitas akademika terkhusus kalangan mahasiswa, suami Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P ini lebih banyak menyalurkannya lewat proses perkuliahan yang tersusun dalam sistem Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), apalagi kini diimplementasikan UBL dalam bentuk kontekstual learning. “Mereka (para mahasiswa) tak hanya mampu memberikan konsep-konsep tapi sekaligus memperkenalkan aplikasi fakta lapangan, agar tidak melulu teori. Dengan harapan mahasiswa pintar secara konseptual (materi) tetapi aktif dipraktikal dan piawai menganalisanya. Bahkan, mahasiswa Ilkom juga mampu mengkaji aspek kelimuan fakultas dan prodi lain, seperti administrasi negara, bisnis hingga komunikasi bisnis,” akunya. |
Share