Gerakan menjaga kualitas lingkungan hidup terus menjadi prioritas bagi Fakultas Teknik (FT) Universitas Bandar Lampung (UBL). Hal ini dilakukan sebagai bentuk untuk mewujudkan Provinsi Lampung menjadi sebuah kota ekologis. Gerakan ini pun bukan yang pertama kalinya dilakukan oleh FT UBL. Setelah sukses menjalankan sebuah program riset partisipatif publik (PRPP) bertajuk Bandar Lampung Urban Experiment (BLUE). Kini, FT UBL berhasil menjalankan program terbarunya di wilayah Kota Metro, yakni Metro Urban Sustainability Experiment (MUSE). Program yang dijalankan di Kota Metro ini sangat didukung oleh stakeholder dan masyarakat di Kota Metro.
Dekan Fakultas Teknik UBL sekaligus inisiator program, Dr. Eng. Fritz Akhmad Nuzir, ST., MA., mengungkapkan bahwa program yang di kreasikan olehnya ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak di Kota Pendidikan Lampung tersebut. Meskipun publikasi hanya dilakukan melalui media sosial dan jaringan komunikasi tetapi dukungan demi dukungan yang berasal dari Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Metro dan Kepala Seksi Pengendalian & Pemulihan Lingkungan Hidup Metro untuk menjalankan program ini secara berkelanjutan.
“Upaya penggalakan kebersihan di jalan raya dan lingkungan sekitar kami masih terus berjalan secara masif dan berkesinambungan. Teknisnya masih sama karena masih digabungkan dengan Gerakan Bersih Tepi Jalan yaitu dengan memungut sampah, merapihkan hingga membersihkan di sepanjang tepi jalan yang dilalui. Bedanya kali ini kami bersepeda. Kemudian gerakan yang kami jalankan juga didukung lingkup pejabat dan tim penggeraknya,” Ujarnya.
Gerakan Metro Urban Sustainability Experiment (MUSE) ini telah berhasil membawa pulang hampir 1000 unit paket sampah plastik dan botol/gelas bekas minuman kemasan. Rute yang ditelusuri pun mulai dari Jalan AH. Nasution ke arah barat mulai dari Yosorejo menuju ke Taman Merdeka dan melewati Jalan Jenderal Sudirman hingga sampai ke Taman Makam Pahlawan (TMP).
“Dalam gerakan #GEBETAN di Kota Metro kali ini kami sukses menempuh jarak sejauh 10,6 km dengan menggunakan sepeda. Rute yang ditempuh mulai dari Jalan AH. Nasution hingga menuju rute terakhir belok ke Jalan Brigjen Katamso melewati perbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah kemudian tembus ke Jalan Imam Bonjol dan balik ke Yosorejo,” Imbuhnya.
Sepanjang perjalanan melakukan program ini, Fritz menyertakan beberapa catatan penting seperti pola kebersihan dan penataan lingkungan wilayah yang harus menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah setempat. Dari hasil perjalanan selama melakukan gerakan ini terdapat lebih dari 300 batang pohon peneduh di sisi jalan dalam jarak sekitar 3km sehingga setiap 1 km ada 100 pohon.
“Itu baru di jalan utama, belum di jalan-jalan dalam yang cenderung lebih asri. Kondisi ini membuat program-program pemerintah seperti Gerakan 1000 pohon menjadi mubazir. Justru PR besarnya adalah merawat dan menata pohon-pohon tersebut agar tidak tereksploitasi oleh paku-paku poster kampanye/iklan, tangan-tangan usil penebang pohon yang tidak bertanggung jawab, dan penabur sampah produksi sendiri.Lalu, dari total perjalanan mulai dari Taman Merdeka sampai selesai dengan jarak lebih 7,5 km hanya ada 20 tempat sampah di tepi jalan yang mayoritasnya ada di tepi jalan besar,” Cetusnya.
Fritz menambahkan kondisi ini sangat kontras dengan jumlah tempat sampah yang ada di taman. Tentunya ini sangat berpengaruh terhadap jumlah sampah yang dapat kita temui di tepi jalan, terutama jalan lingkungan. Apalagi pada daerah perbatasan antar kota/kabupaten yang sudah jadi rahasia umum kondisinya yang sangat memperihatinkan. Padahal batas-batas tersebut adalah batas alam. Kemudian terdapat 140 plang jenis usaha dengan ruko di sepanjang 3,2 km sepanjang Jalan Jenderal Sudirman disebelah kiri dan kanan. Berarti ada sekitar 43 jenis usaha dalam ruko per 1 km-nya. Hal ini menandakan apakah kota Metro akan bertransformasi dari Kota Pendidikan menjadi Kota 1000 Ruko.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala KLH Metro, Yerri Noer Kartiko mengaku sangat terbantu dengan adanya eksplorasi riset parsitipatif dari MUSE yang diinisiasi FT UBL. “Kami jadi mendapatkan gambaran selengkapnya seperti apa rupa kota kami. Apalagi jika disandingkan dengan berbagai wilayah yang berbatasan langsung.
Sementara itu Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Ir. Hery Riyanto, M.T., mewakili Rektor UBL Dr. Ir. M. Yusuf. S. Barusman, M.B.A., mengapresiasi adanya gerakan MUSE yang diinisiasi FT UBL sebagai ajang bertukar wawasan dan pengetahuan mengenai kota masing-masing serta aktivitas sosial dalam rangka peduli terhadap lingkungan. “Kegiatan ini keberlanjutan dari implementasi program kerjasama antara UBL dengan KLH dan berbagai stakeholder hingga publik di Kota Metro mengenai sustainable society,” Pungkasnya. (Rep. BMHK/Ed. AX)