fbpx

Peringati Dies Emas, UBL Mengajar di TPA Bakung

Bandar Lampung – Pendidikan bersifat universal dalam arti pendidikan tidak mengenal tempat, tidak mengenal waktu dan tidak mengenal orang, dimanapun, kapanpun dan siapapun bisa menerima dan melakukan proses pendidikan terhadap siapapun. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung, tepatnya di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung, Teluk Betung Selatan dijadikan tempat pendidikan oleh Universitas Bandar Lampung (UBL) dalam kegiatan “UBL Mengajar” memperingati Dies Natalis ke-50, Minggu, 27/03.

Bekerja sama dengan Komunitas Jendela Lampung, tim UBL Mengajar memberikan edukasi, donasi buku dan bingkisan kepada anak anak yang berada di lokasi tersebut. “Kami hadir disini mewakili keluarga besar UBL yang pada tahun ini kami memperingati Dies Natalis ke-50. Semoga apa yang kami berikan ini bisa bermanfaat bagi adik-adik semua ya. Ini juga menjadi pembelajaran untuk kita, bahwa hal yang mungkin menurut kita remeh sangat berguna untuk anak-anak disini. Walaupun hanya sedikit kami berharap dapat bermanfaat,” ucap Ayu Kartika Puspa, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) UBL, saat memberikan sambutannya.

Founder Komunitas Jendela Lampung, Mika Margaretha sangat mengepresiasi atas inisiatif UBL yang memperingati momen Dies Natalis dengan berbagi. “Teman teman UBL yang biasanya berinteraksi dengan mahasiswa hari ini turun untuk membantu dan memberikan edukasi kepada adik-adik TPA Bakung. Ini menjadi pengalaman sekaligus sebuah kebanggan bagi adik-adik serta Komunitas Jendela bisa dikunjungi langsung tim UBL Mengajar. Semoga ini bisa menjadi kegiatan berkelanjutan antara UBL dan Komunitas Jendela UBL dalam mengedukasi serta berbagi kepada anak-anak,” ungkapnya.

Kegiatan UBL Mengajar ini diikuti oleh lebih dari 100 anak-anak TPA Bakung. Anak-anak dibagi menjadi tiga kelompok belajar. Anak yang masih TK dan kelas 1 SD dibagi ke dalam kelas manner dengan mempertontonkan beberapa video mengenai sopan santun. Anak kelas 2 sampai 4 dibagi dalam kelas prakarya dan diajarkan membuat pot bunga dari botol plastik bekas pakai. Sedangkan anak-anak kelas 5 dan 6 diajari mengenai public speaking.

M. Denu Poyo, salah satu dosen UBL yang tergabung dalam relawan Kampus Mengajar merasa sangat tertantang untuk mengajar anak-anak TPA mengenai public speaking karena diluar dugaannya, mereka dapat belajar dengan cepat dan rasa keingintahuannya sangat tinggi, “Kita disini jadi harus punya metode, salah satunya bermain sambil belajar sehingga mereka akan lebih tertarik. Mereka memiliki karakter yang bisa dibentuk lagi dan adik-adiknya bisa diarahkan lagi secara berlanjut untuk pengembangan kemampuan serta kreativitas mereka” pungkasnya. ***(JVS)

Tags:

Related posts: