fbpx

Kiprah Wayan Yana, Dosen UBL Mengajar di Washington State University, Amerika

Pullman, Washington – Menjadi pengajar di negara maju seperti Amerika Serikat adalah hal yang diimpikan sejak kecil oleh Wayan Yana. Mimpi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bandar Lampung (UBL) itu akhirnya bisa terpenuhi dimana saat ini ia sedang menempuh pendidikan S3 di Washington State University (WSU) Amerika. “Sejak kecil saya bermimpi untuk bisa menjadi pengajar di negara maju seperti Amerika Serikat, dan akhirnya sekarang terwujud. Ketika saya sudah menyelesaikan perkuliahan tahun kedua S3 saya, salah satu profesor merekomendasikan saya untuk mengajar di Graduate Bridge Program di kampus saya, WSU,” ujar Wayan saat diwawancarai secara daring, Senin (21/2/22).

Graduate Bridge Program adalah sebuah kerjasama antara sekolah Pascasarjana dan IALC (Intensive American Language Center) di kampus WSU. Mahasiswa yang berada di program ini adalah mahasiswa international yang sedang menempuh program S2 dan S3, tetapi pada saat bersamaan mereka juga mengambil mata kuliah bahasa yang menjurus pada penulian karya ilmiah dan etika penelitian serta budaya pendidikan di Amerika Serikat.

Banyak pengalaman yang didapatkan Wayan yang menjalankan 2 profesi sekaligus, sebagai staf pengajar dan juga mahasiswa S3. “Saya banyak belajar dari pengalaman menjadi pengajar di program ini. Salah satu yang paling berkesan adalah tergabung dalam lingkaran budaya kerja Amerika di mana saya bisa menjalin teamwork dengan kolega saya di sini. Untungnya kolega saya sangat pengertian dan selalu siap membantu ketika saya menemui kendala dalam hal teknologi atau administrasi. Saya juga belajar banyak hal dari mahasiswa yang saya ajar, mereka berasal dari berbagai negara, misalnya tentang budaya di negara mereka masing masing. Posisi ini juga memberikan saya banyak kesempatan untuk mengikuti pengembangan diri secara profesional seperti workshop dan konferensi di tingkat regional dan nasional,” terang Wayan.

Namun di samping manfaat dan pengalaman yang didapatkan, Wayan juga harus menghadapi tantangan sendiri menjalani 2 kegiatan ini secara bersamaan. “Misalnya ketika saya harus menyusun tinjauan pustaka untuk proposal disertasi, saya juga disibukkan dengan membuat soal ujian dan mengoreksi hasil ujian mahasiswa. Di sini saya harus benar-benar bisa mengatur waktu dengan sebaik-baiknya agar semuanya berjalan dengan lancar,” tambahnya.

Beasiswa Fulbright yang merupakan beasiswa bergengsi dan sangat kompetitif ini menghantarkan Wayan ke Amerika untuk menempuh Pendidikan S3 di jurusan Literasi Bahasa dan Teknologi di WSU. Terletak di Pullman, Washington dan didirikan pada tahun 1890, WSU merupakan kampus tertua dan terbesar ke dua di negara bagian Washington, Amerika. “Saya mendapatkan beasiswa Fulbright dari pemerintah Amerika untuk program S3. Perkuliahan S3 di Amerika cukup berbeda dengan Eropa. Disini kita harus menempuh perkuliahan selama dua tahun penuh, baru kemudian kita bisa memulai penelitian disertasi. Awal perkuliahan saya cukup khawatir, apakah bisa mendapatkan IPK 3? karena beasiswa (Fulbright) mensyaratkan untuk memperoleh IPK minimal diatas 3.00. Dan syukurlah dengan usaha dan doa yang maksimal, saya berhasil memperoleh IPK 3.92 sampai sekarang. Walaupun sebenarnya profesor saya jarang mengedepankan IPK, yang mereka tekankan adalah “mastery” atau penguasaan. Capaian tersebut juga berkat istri dan anak saya yang selalu mendukung saya setiap hari untuk selalu semangat,” pungkas alumnus S2 dari Coventry University, Inggris ini.

Tags:

Related posts: