Universitas Bandar Lampung (UBL) sebagai universitas swasta pertama di Provinsi Lampung terus menerus berupaya berkontribusi bagi pembangunan dan membantu Pemerintah memberikan alternatif solusi pada berbagai permasalahannya. Salah satunya yakni masalah kemacetan lalu lintas yang menjadi keluhan masyarakat Kota Banda Lampung pada khususnya dewasa ini.
Rektor UBL, Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman, M.B.A., menuturkan bahwa partisipasi UBL dalam meretas permasalah kemacetan lalu lintas ini diberikan melalui Seminar Bandar Lampung Intelligent Transportation System (BLITS) yang diselenggarakan UBL pada Jum’at (18-3) lalu di Auditorium Gedung Pascasarjana, Kampus Dra. Hj. Sri Hayati Barusman UBL.
Seminar yang fokus membahas solusi kemacetan lalu lintas ini dihadiri antara lain oleh Walikota Bandar Lampung, Ahli Transportasi Lampung, para Tim Peneliti asal UBL dan ITB, jajaran Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kota Bandar Lampung, jajaran Poltabes Bandar Lampung, para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Program Studi dan Mahasiswa UBL.
Dalam sambutannya, Rektor UBL mengungkapkan, Kota Bandar Lampung beruntung memiliki Walikota yang memiliki sepak terjang luar biasa dalam jabatnnya dan berkomitmen terhadap pembangunan Kota Bandar Lampung. Namun, berkembangnya pembangunan tersebut juga diiringi berbagai isu yang telah menjadi isu dunia, antara lain isu kemacetan, lingkungan dan estetika kota. Isu-isu ini berkembang dipengaruhi oleh perubahan luar biasa terkait pergeseran demografi dimana masyarakat desa lebih banyak yang hijrah ke kota sehingga hal ini menjadi beban luar biasa.
“Hal ini tentunya bukan hanya menjadi tanggungjawab Pemerintah saja, namun juga menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat Kota Bandar Lampung termasuk akademisi untuk bersama-sama berpartisipasi mencari solusi pada permasalahan ini,” tegas Rektor UBL.
Rektor UBL melanjutkan, UBL selama 2 (dua) tahun terakhir secara intensif telah bekerjasama dengan ITB untuk mengkaji dan membangun BLITS yang merupakan sistem transportasi cerdas. BLITS ini juga merupakan alternatif yang memadukan kemampuan teknologi dan partisipasi masyarakat setempat.
“Dalam seminar ini, didiskusikan bersama apakah BLITS ini layak untuk ditata di Kota Bandar Lampung dan ditetapkan juga cara serta penentuan waktu penerapannya. Sedangkan untuk pembiayaan tidak akan dibebankan dalam implementasi APBD melainkan menggunakan dana riset dan pihak ketiga,” terang Rektor UBL.
Sementara itu, Walikota Bandar Lampung, Drs. H. Herman HN, M.M., mengapresiasi seluruh kontribusi yang telah dilakukan UBL yang telah membantu Pemerintah khususnya Kota Bandar Lampung dalam mengembangkan pembangunan dan hasil-hasil penelitian yang dapat menjadi alternatif solusi bagi berbagai permasalahan yang terjadi di Kota Bandar Lampung.
“Pemerintah Kota Bandar Lampung sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meretas permasalahan terutama kemacetan, mulai dari pelebaran jalan hingga pembangunan flyover yang rencananya akan ditambah jumlahnya,” ujar Herman.
Namun, Herman melanjutkan, upaya ini juga terkendala dengan terus bertambahnya jumlah kendaraan baru di Kota Bandar Lampung serta kendala biaya. Untuk itu, Pemerintah Kota Bandar Lampung sangat terbuka menerima masukan berupa solusi dari seluruh masyarakat terutama akademisi melalui berbagai hasil risetnya.
Dalam seminar solusi kemacetan lalu lintas ini, UBL menghadirkan 3 (tiga) orang narasumber diantaranya Prof. Dr. Charmadi Machbub, Achmad Ridho Saputra dan Rifki Wijaya, M.T., dengan moderator Wakil Rektor UBL Bidang Akademik, Dr. Ir. Hery Riyanto M.T.
Dalam kesimpulannya, Hery mengungkapkan bahwa ketiga narasumber menerangkan, BLITS ini merupakan sistem yang dihasilkan dari kolaborasi penelitian UBL dan ITB selama 2 (dua) tahun terakhir dan sistem ini juga telah diterapkan di Kota Bandung. Sistem ini berbentuk aplikasi android yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses berbagai informasi update terkini mengenai transportasi, mulai dari informasi titik lokasi kemacetan, lokasi parkir hingga informasi akurat angkutan umum sesuai tujuan yang diinginkan.
“Sistem ini diharapkan mampu diterapkan di Kota Bandar Lampung melalui kerjasama semua pihak, mulai dari para tim peneliti, Sumber Daya Teknologi, Sumber Daya Keuangan dan Pemerintah setempat,” Ujar Hery.