fbpx

FIK UBL Lestarikan Tarian Adat Lampung Saibatin

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bandar Lampung (UBL) bersam a Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung ( PPTIK-ITB) berkontribusi melestarikan seni budaya Lampung seperti pada dua tarian tradisional, yang sejak tahun 1900-an awal sudah tidak ditarikan (punah) dari Kabupaten Tanggamus,yakni Tari Kipas Saibatin dan Tari Igol Saibatin.

Langkah ini dilakukan oleh Tim peneliti TI FIK UBL dan PPTIK-ITB, yang dibimbing oleh Kepala PPTIK-ITB Dr-techn. Ary Setijadi Prihatmanto dan mahasiswa S3 ITB sekaligus sebagai Kepala Program Studi Teknik Informatika UBL Marzuki, S.Kom., M.Kom. dan Dosen FIK-UBL Maria Shusanti Febrianti, S. Kom., M. Kom.

Kegiatan pengambilan data tari dilakukan di Pekon Sanggi Unggak, Kecamatan Bandar Negeri Semuoung/ Way Semaka, Tanggamus. Marzuki menjelaskan langkah-langkah kerja yang dilakukan, yaitu berupa mengumpulkan data dan fakta otentik dilapangan seperti mewawancarai tokoh pemuka adat, dan sesepuh praktisi tari serta mendokumentasikan dan memproyeksikan gerakan tari, menggunakan teknologi kamera sensor depth. Selain itu, pihaknya berkesempatan mengabadikan Museum Mini Sanggi Unggak, yang menyimpan berbagai peninggalan kuno Kerajaan Sai Batin Way Semaka, Tanggamus. Semua kegiatan dilakukan bersamaan,Rabu (5/4/) lalu.

“Kita sudah ambil (data awal) dengan tari Igol, sekarang Kipas Saibatin hanya tari Kipas Saibatin yang narasumbernya masih ada dan satu-satu pelaku (penari)nya. Lewat langkah ini, kita akan melakukan digitalisasi tari tradisional lewat aplikasi-aplikasi pembelajaran gerak tari menggunakan teknologi terkini yaitu Virtual Reality, Augmented Reality dan lain-lain. Hasil kedepannya dokumentasi digital Tari Tradisional ini dapat  di implementasikan pada teknologi robotika, animasi 3D, dan aplikasi-aplikasi lain. Dengan demikian diharapkan data yang berupa fakta yang merepresentasikan pergerakan tubuh penari melalui sudut-sudut 25 titik sendi tubuh pada bidang Cartesian akan mempermudah identifikasi gerakan tari. Jadi publik, akademisi dan pihak peneliti dapat mengukur ketepatan pergerakan tari secara tepat,” Ujarnya.

Sedangkan, Kepala Pekon Sanggi Unggak, Abu Sahlan mengapresiasi langkah pelestarian UBL dan ITB dibidang budaya seni tari kontemporer dan barang peninggalan sejarah Kerajaan Way Semaka tersebut. “Kami gembira, seni dan budaya yang (lama) ini, sekarang mendapat perhatian (serius) untuk dilestarikan pihak perguruan tinggi (UBL & ITB). Memang seni budaya ini semua ada turun menurun. Tapi harus diakui bersama, kurang dilestarikan karena berbagai faktor. Mulai kondisi keamanan, politik, ekonomi, hingga kehidupan sosial,” Ujar penerus ketua adat Way Semaka generasi ke-13, dengan gelar adat Pangeran Punyimbang Khatu Semaka ini. (Rep. BMHK/Ed. Red)

Tags:

Related posts: