Pasca bencana alam tsunami yang menimpa provinsi Lampung dan menimbulkan dampak kerusakan yang cukup parah. Terutama di daerah pesisir kabupaten Lampung Selatan akibat letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) beberapa waktu lalu menggerakkan para akademisi untuk ikut peduli dan memikirkan solusi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya.
Tidak terkecuali para akademisi Universitas Bandar Lampung (UBL) yakni, Dr. Hery Riyanto, Ronny Purba, Ph.D dan Riza Muhida, Ph.D yang ikut terlibat aktif dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) dengan tema Membangun Kegiatan Masyarakat Tanggap Bencana Gunung Anak Krakatau (GAK) bertempat di gedung M, Kampus Sri Hayati Barusman, Pascasarjana UBL pada Kamis (7/2/19).
“Beberapa akademisi UBL seperti saya, Dr. Ir. Hery Riyanto, M.T., dan Riza Muhida, Ph.D., adalah alumni ITB yang turut dalam kegiatan FGD ini, selain itu juga lebih dari 150 orang alumni yang tergabung dalam IA ITB Lampung dan lebih dari 25 orang terlibat dalam kegiatan ini. Kami mendiskusikan bagaimana membuat suatu alat untuk peringatan dini bencana tsunami yang disebabkan GAK, harapannya nantinya alat-alat ini dapat digunakan di desa-desa terdekat dengan GAK. Misalnya memanfaatkan masjid-masjid atau tempat ibadah lainnya sebagai pusat informasi yang nantinya alat-alat ini dapat di kelola dan dioperasikan langsung oleh masyarakat,” ujar Ronny yang juga merupakan panitia kegiatan ini.
Kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati 100 tahun ITB ini mengundang pemerintah daerah provinsi Lampung, pemerinta kota Bandar Lampung, pemerintah desa sekitar Gunung Krakatau, dan Badan Penelitan dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) provinsi Lampung.
Ronny juga menyampaikan kegiatan ini merupkan awalan untuk selanjutkan akan dilakukan diskusi-diskusi lanjutannya. “Rencananya setelah hari ini akan diadakan pertemuan-pertemuan selanjutnya dan besok (Jumat, 8/2/2019) akan dilakukan tinjauan langsung kelapangan oleh panitia inti kegiatan ini, rencanya kami akan melihat GAK dari dekat,” tambah Ronny.
“Saya sangat mendukung FGD Membangun Kegiatan Masyarakat Tanggap Bencana GAK ini sebagai bentuk kepedulian para akademisi merespon bencana alam yang terjadi Lampung. Akan sangat memungkinkan jika GAK akan mengalami letusan akibat gempa vulkanik dan berpotensi menyebabkan tsunami lagi dan sebagai kegiatan preventif, mitigasi bencana pada tahap prabencana akan sangat membantu untuk mengurangi resiko dampak bencana terutama pada kawasan yang merupakan rawan bencana,” tutup Yusuf.