Doktor Arsitektur Lampung Pertama di Jepang Lewat Jalur Beasiswa Kemenristekdikti
Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung (prodi TA FT UBL) Dr.Eng. Fritz Akhmad Nuzir, S.T., MA (LA)., bisa menjadi doktor arsitektur lampung pertama lewat jalur beasiswa Kemenristekdikti di Jepang.
Hal itu setelah Fritz biasa disapa menyelesaikan studi S3 di Jepang selama 3 tahun usai mengikuti program doktoral Environmental Engineering di Graduet School of Environmental Engineering di University of Kitakyushu, Jepang.
Sebelum, masuk di perguruan tinggi negeri yang dimiliki Pemerintah Kota di bagian selatan Jepang, tepatnya Provinsi Fukuoka Jepang ini, cowok kelahiran Kota Metro, 11 Juli 1982 ini berangkat melalui sponsor beasiswa S3 Pascasarjana Luar Negeri Dirjen Dikti Kemenristekdikti diangkatan 2013, masuk digelombang pertama untuk seluruh dosen Fakultas Teknik diseluruh Indonesia.
Untuk lulus seleksi beasiswa S3 tersebut, pria bersahaja ini berhasil lulus berbagai tahap seleksi. Dimulai verivikasi seleksi berkas dan proposal karya ilmiah, lalu memiliki Letter of Acceptance (LOA) dari profesor maupun universitas luar negeri yang dituju, lulus tes TOEFL dan IEF (TOEFL Bahasa Jepang), hingga lolos seleksi wawancara termasuk tes kesanggupan bertahan hidup di Jepang dengan segala perbedaan budaya, maupun biaya tuntutan hidup yang mahal.
Diakuinya, berkat prestasi tersebut, turut mencatatkan nama suami Gusti Indah Primadona ini sebagai satu-satunya dosen asal Lampung dan dari UBL yang memperoleh kesempatan itu. Selama di Kitakyushu, Fritz juga masuk dalam pendalam ilmu kedoktoran jurusan teknik arsitektur dibawah bimbingan guru besar disana, Bart Julien Dewancker asal Belgia.
Bersama pembimbing utamanya tersebut dalam pendalaman tridarma perguruan tinggi yang banyak dilakukan dalam laboratorium. Ayah dua anak ini mengaku bersyukur tidak hanya mampu menimba ilmu langsung dari lulusan guru besar di salah satu Universitas di Tokyo, Jepang ini. Tapi, juga mampu mengembangkan akademis diri setelah lulus proses seleksi rekuitmen beasiswa S3 Kemenristekdikti.
Lulusan S1 jurusan arsitektur dan perencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta ini selama di Kitakyushu mampu menyelesaikan tiap target yang dibebankan dosen maupun universitas. Diakuinya, selama 3 tahun di Jepang, Fritz berhasil menerapkan strategi implementasi tridarma perguruan tinggi maupun membantu pengembangan program-program kerja kampus.
Sembari dia juga melatih diri untuk terbiasa mengikuti berbagai konfrensi internasional maupun karya tulis ilmiah internasional sejak semester pertama. Setelah itu memperdalami penelitian aplikatif berbasis proyek kampus, maupun meneruskan progja guru besar naungannya.
Selebihnya, Fritz juga menjembatani berbagai kerjasama berbasis Nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan berbagai lintas sektoril.Tidak hanya dengan UBL berupa study exchange dosen dan mahasiswa maupun kegiatan diprodi maupun fakultas, tapi juga dengan Pemerintah Kota Metro dalam training pegawai selama dua bulan ke Jepang dibidang arsitektur dan pengawasan lingkungan .
Berkat eksistensinya dalam menggiatkan kegiatan kerjasama UBL dengan Kitakyushu University, bisa bertahan selama empat tahunan ini, selain bersama ITB dan UPI Bandung .
Pria penyanjung moto hidup ‘ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bermanfaat dan dibagikan kepada sesama ini”, melalui kerjasama ini kualitas dosen dan mahasiswa arsitek UBL bisa terangkat dilevel internasional.
Bahkan, untuk dikalangan mahasiswa mulai angkatan I hingga II baik dalam program dua minggu maupun enam bulan di Jepang ini selalu menorehkan prestasi sebagai juara umum perserorangan maupun dalam kerja tim dengan berbagai para mahasiswa negara lain dalam pola pengembangan tata ruang kota di Kota Kitayushu sebagai objek penelitian.
Disinggung kunci suksesnya selama di Jepang, pemilik situs www.fritztory.wprdpress.com ini berujar ada dua pedoman hidup yakni selalu berimprovisasi dalam perubahan berkarya secara bertahap dan selalu meningkat dari zona aman. Sepulang ke UBL, kedua pedoman itu akan terus dijalankan termasuk mengupgrade level partisipasi sivitas akademika arsitek UBL hingga internasional.
Bentuknya akan rutin membantu mengadakan seminar, workshop, diskusi, sharing hingga kompetisi berbentuk pameran maupun sayembara sebagai senjata implementasi berbagai karya arsitektur yang bisa dilihat luas masyarakat. Jadi, antara akademik, dan kreativitas akan sinergis melangkah maju.”Jadi kita bisa melihat dan merevisi segala kekurangan kita secara komperehensif,”ujarnya.
Kedepan, alumnus master of landscape architecture Anhalt University of Applied Science ini berharap UBL tidak hanya mencetak lulusan tapi juga bertanggungjawab dalam membangun potensi pembangunan nasional diberbagai level. Selain itu, dia siap meningkatkan akreditasi arsitektur UBL sebagai satu-satunya di Lampung yang selama ini di level B naik kelas ke level ‘A’.
“Tentu didukung usaha fakultas teknik dan rektorat UBL dalam meningkatkan diri. Arsitektur UBL bisa maju (akreditasinya) jika impelementasi tridarma perguruan tinggi ditingkatkan.
Terutama mengestablishkan kajian penelitian, maupun produktivitas penulisan, pengiriman hingga penerbitan berbagai jurnal dan publikasi internasional. Disertai peningkatan kualitas dosen dan mahasiswa secara bertahap,”tukasnya. (BMHK UBL/Insan Ares/Foto Dharma Saputra SH)