Dalam upaya menggugah sense of urgency public dan pemerintah Provinsi Lampung terhadap hadirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang masing rendah, Universitas Bandar Lampung (UBL) melalui Pusat Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (PPIK) menggelar talkshow nasional MEA 2016 bertajuk “MEA : Peluang atau Ancaman?”, hari ini (Sabtu,6/2/2016).
Rektor UBL, Dr. Ir. M. Yusuf S. Barusman, M.B.A., menyebut adanya talkshow ini sebagai bentuk rangkaian langkah mengingatkan kembali masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Lampung, bahwa sejak awal Januari tahun lalu telah bersaing dengan komunitas Asean. “Talkshow ini mencari kesepahaman dari para peserta yang didominasi Mahasiswa baik Program Sarjana dan Pascasarjana, para Dosen serta tamu undangan perwakilan pengusaha, masyarakat, pemerintah dan tokoh usaha terkait respon, scanning dan kesiapan menghadapi MEA,” ucapnya di ruang kerjanya, di Kampus Drs. H. RM Barusman UBL, Jumat (5/2/2016), kemarin. Terkait cakupan pasar bebas yang dikompetisikan di ranah MEA, Rektor UBL mengungkap tingkat persaingan tersebut terjadi dalam cakupan produk, jasa, tenaga kerja hingga manajerial hampir di seluruh sektor riil. Contohnya yakni potensi dan ancaman MEA bisa terjadi dalam free label market. Terlihat dari arus bebas keluar masuk praktisi tenaga kerja di tiap sektor riil seperti engineering, kedokteran, pengacara hingga akuntan serta berkaitan juga dengan pemenuhan produk dan bidang usaha jasa. “Kita harus segera me-review dan mempersiapkan langkah-langkah meresponnya. Indonesia termasuk Lampung menjadi potensi masuknya 600 juta penduduk Asean karena porsi pangsa pasarnya besar. Melalui talkshow ini, publik Lampung dimulai dari UBL harus menguasai market (dalam negeri) dan mengembangkan di luar negeri dengan menjadi pemainnya,” ajak Rektor UBL. Terkait persiapan UBL menghadapi MEA, Rektor UBL berujar bahwa kampusnya telah melakukan pengkajian dan sosialisasi MEA sejak 3 tahun lalu, langkah ini diterapkan di lingkup internal dan eksternal kampus. Langkah tersebut melalui pemberian pembekalan Sivitas Akademika UBL yang telah menjadi praktisi stakeholder maupun pemegang kebijakan publik dengan membangun urgency keberadaan MEA. “SDM UBL siap menghadapi MEA karena standarnya disesuaikan penjabaran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dengan salah satu acuan pengaplikasiannya berbentuk impelementasi kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Lulusan UBL dibeberapa profesi seperti akutansi dan teknik telah melampaui standar minimum KKNI dan kerangka kualifikasi Asean di level 6,” terang Rektor UBL. Agar menjadi expert (level ahli), lanjut Rektor UBL, harus memenuhi total 9 level standar KKNI, sedangkan di tingkat Asean terdapat 8 level (kerangka kualifikasi). Untuk menselaraskannya, harus dikonversi sendiri. UBL telah mempersiapkan langkah dengan mengaktualisasi para dosen agar memegang kualifikasi profesi dan mengikuti ujian kualifikasi profesi perbidang teknis (kajian keilmuannya). Berbekal itu, mereka bisa diberikan pelatihan guna mendapatkan sertifikat profesi yang lebih spesifik. “Supaya sejalan dalam penjaminan SDM UBL yang mampu bersaing di pangsa kerja Asean, UBL membangun kerjasama dengan hampir semua asosiasi profesi. Bahkan, seluruh dosen menjadi anggota minimal satu asosiasi profesi sesuai kajian keilmuannya. Hebatnya, banyak asosiasi profesi tersebut berpusat di UBL,” papar Rektor UBL. Melalui talkshow nasional ini, Rektor UBL juga berharap para mahasiswa akan terlatih melakukan proses komunikasi interdisiplin dan dalam implementasinya, tidak hanya beracuan pada dasar kajian ilmu primer, tetapi juga menguasai ilmu teknologi (IT) maupun forensik linguistik (bahasa). Meski diberikan secara umum, namun disesuaikan dengan kualifikasi keminatan maupun pembekalan keterampilan softskill dan hardskill-nya. Selanjutnya, terkait spesifikasi ancaman dan peluang terutama aspek pada kompetensi SDM Lampung, Rektor UBL menyebut semua akan dibahas dengan lugas dan lengkap dalam talkshow nasional tentang MEA ini. “Semua peluang jika tidak ditangkap akan menjadi ancaman, begitupun sebaliknya, jika ancaman disiasati bisa menjadi peluang. Tergantung dari pelaku, masyarakat dan pemerintah yang secara bahu membahu mempersiapkan keberadaan MEA di Provinsi Lampung ini,” imbuhnya. Diakuinya, dalam talkshow ini, juga akan dilakukan berbagai koreksi persiapan MEA di berbagai sektor riil, khususnya di bidang medis, pertanian, tenaga teknik konstruksi, salon maupun berbagai potensi profesi jasa berkaitan tenaga kerja terampil profesional. “Dalam lingkup UBL, kami telah mempersiapkan sertifikasi yang tercermin dari adanya dua jenis sertifikasi yang digunakan (dipangsa kerja), yakni Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) dan Surat Sertifikasi Kompetensi Teknis (SSKT). Keduanya berstandar internasional dan merupakan perangkat Multilateral Recognition Arrangements (kesepakatan kerja internasional) serta prasyarat atas azas legalitas mutu, kualitas dan kompetensi kerja didalam maupun di luar negeri,” tegasnya. Sementara itu, Direktur PPIK UBL, Ir. Indriati Agustina Gultom, M.M., menyebut talkshow nasional MEA ini akan diselenggarakan di Aula Gedung M Pascasarjana, Kampus Dra. Hj. Sri Hayati Barusman UBL dengan menghadirkan 4 (empat) orang narasumber berkompeten. Antara lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Lampung, Muhammad Yusuf Kohar, S.E., M.M., Vice President Plantations GMG Global Ltd, Singapore, Dr. Bambang Aria Wisena, Praktisi Bisnis Sukses Lampung yakni pemilik usaha El’s Coffee, Elkana Arlen Riswan, B.Bus., serta Pengembang UKM Mikro dan Bank Syariah, Muhammad A. Pulungan. “Kegiatan ini rencananya akan dihadiri Sivitas Akademika UBL yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Dekan dan Ketua Program Studi serta para tamu undangan yang berasal dari pengusaha, perwakilan Pemerintah Daerah (pemda) Provinsi Lampung hingga Doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB). “Acara talkshow ini akan dilangsungkan dalam suasana hangat, santai, tidak tegang, namun tetap serius sesuai tugas pokok dan isi (tupoksi) acara yang lebih menonjolkan sesi pemaparan dan tanya jawab aktif,” tukasnya. |
Share