fbpx

Sosok UBL : Dr. Drs. Supriyanto, M.Si (Doktor FISIP UBL)

AHLI KEWIRAUSAHAAN DAN KOPERASI TINGKAT NASIONAL UBL

Sebagai sektoril administrasi perekonomian yang lahir ditengah kearifan lokal masyarakat Indonesia, kehadiran pemerhati dan ahli yang mendalami bidang kewirausahaan serta koperasi dengan kualitas-kompetensi tingkat nasional masih sangat jarang. Beruntung, Universitas Bandar Lampung memiliki sosok tersebut pada diri Doktor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UBL, Dr. Drs. Supriyanto, M.Si.

Pria kelahiran Metro, Lampung, 1 Oktober 1957 ini mengakui, kedua spesifikasi bidang kajian keilmuan ini ditekuni pada program Strata 2 (Magister Sains) Ekonomi Koperasi Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat dan dilanjutkan dengan menyelesaikan program Strata 3 (Doktoral) Ilmu Administasi (Bisnis) di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Hal tersebut teraplikasikan dalam riset tesis berjudul, “Analisis Anggaran Usaha Koperasi dan Implikasinya terhadap Kinerja manajemen keuangan Koperasi Unit Desa (KUD) pada KUD Mandiri di Kotamadya Bandar Lampung”, maupun penelitian disertasi bertajuk, ”Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan, Sikap, Norma, Subjektif dan Kontrol Perilaku Persepsian Wirausaha Terhadap Intensi dan perialku Berwirausaha (studi pada mahasiswa Magister Manajemen/MM Perguruan Tinggi d Lampung).

Bila bicara progres kewirausahaan dan koperasi di Indonesia, suami Srinatun S.Ag., ini menilai keduanya masih berada dititik nadir. Pasalnya, meski mengklaim sebagai ‘empunya’ sistem ini, tapi nyatanya kedua program ini malah lebih dulu berkembang di negara lain.

Ayah tiga anak ini mengacu bukan tanpa alasan, karena Indonesia sebagai suatu negara gagal menegakkan wirausaha dan koperasi. Itu berkaca pada kenyataan belum bisa makmur karena total 250 juta penduduknya belum memiliki 2 persen dari kedua jenis kegiatan kemandirian fiskal itu.

Sementara di Indonesia, para wirausaha dan koperasiwan yang ada hanya berkisar 0,18 persen atau 450 ribu jiwa. Jadi untuk melengkapi kuota kemakmuran, nusantara membutuhkan sekitar 5 juta orang para pelaku wirausaha dan koperasi.

“Negara ini butuh kisaran kecil 4.550 ribu penggerak wirausaha dan koperas sehingga butuh usaha 10 kali lipat dari ketersediaan sekarang,” ucapnya diruang kerjanya di Kampus Drs. H. RM Barusman UBL, Selasa (29/12/2015).

Disinggung faktor penyebab, kurang banyaknya para pelaku wirausaha dan koperasi dari masyarakat lokal termasuk generasi mudanya. Pasalnya, kalangan ini lebih cenderung berkeinginan untuk menjadi ‘uptenen’ yakni pegawai kantor maupun aparatur sipil negera (ASN/PNS).

Itu sebabnya, alumnus SMAN 3 Madiun, Jawa Timur ini selalu menggalakkan sosialisasi dan program di tingkat pendidikan tinggi hingga ke masyarakat dengan menciptakan pribadi manajer profesional dari administrasi bisnisnya, tapi juga diarahkan pada kewirausaha-koperasi yang bertanggungajawab dan berwawasan global.

Dilingkup UBL, penulis 3 jurnal publikasi ilmiah nasional ini juga aktif berperan sebagai akademisi dan praktisi yang mencetak lulusan bukan berjiwa pencari kerja (up-seeker) tapi mampu menciptakan lapangan kerja (job-creator) dengan memanfaatkan peluang yang ada.

Buat internal, penulis 5 judul produk bahan ajar/buku teks nasional ini juga jelaskan, kampus “solution for present and future” ini telah mengembangkan potensi maupun kompetensi kewirausahaan-koperasi sivitas akademika sebagai pusat keunggulan kampus. Hal tersebut tampak dari visi misi UBL yang ingin mewujudkan kampus kewirausahaan kelas dunia maupun menjadikan koperasi fitur masa depan ideal bangsa.

Hal itu diimplementasikan dalam program class best learning dengan penilaian kompetensi yakni aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (Attitude) yang direkap tiap periode. Dengan pemberian dasar kewirausahaan-koperasi mencakup materi, aturan, rujukan, model hingga tujuan materi-praktek pendidikan terintegratif (menyatu) maupun separatif (disisipkan).

Tags:

Related posts: