AHLI BANGUNAN TAHAN GEMPA GRADE INTERNASIONAL
Masih tingginya potensi gempa di Lampung dan Indonesia, membuat peran Doktor Ahli Struktur Bangunan Anti Gempa grade Internasional dari Magister Teknik Universitas Bandar Lampung (MT UBL), Ronny Hasudungan Purba, S.T., MSc.E., Ph.D., semakin sentral. Terlebih hingga saat ini ketersedian para ahli yang berkompeten di bidang dasar teknik sipil masih sangat terbatas. Disinggung ketersediaan pakar ahli gempa, Ayahanda Elizabeth Alagracia Purba ini mengaku progresnya masih banyak di Pulau Jawa, namun mulai berkembang di wilayah lain, termasuk Lampung. “Ketertarikan saya pada bidang gempa, karena semua wilayah (Indonesia) rawan gempa. Sebenarnya (ketersediaan) ahli gempa masih sedikit, termasuk disini (Lampung) sangat berpotensi terjadi gempa sehingga membutuhkan peneliti (akademis) dan praktisi pada jumlah besar,” akunya. Ronny ingin memperkuat basis keilmuan ahli gempa selaras dengan latar belakang disertasi Putra kelahiran Porsea, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 21 Desember 1975 ini bertajuk “Penelitian Stuktur Bangunan Baja Dalam Menahan Beban Gempa”, tak hanya ditingkat Internasional seperti di Amerika dan Jepang. Tapi juga dilevel lokal, domestik, maupun nasional. “Tugas utama kajian dan aplikasi keilmuan ini yakni mempelajari, meneliti, mendesain dan mengimplementasikan bangunan agar bisa menahan beban gempa. Diupayakan meski rusak, tapi supaya tidak runtuh,” ujar lulusan S2 dan S3 Buffalo State University of New York, Amerika Serikat, diruang kerjanya, di Kampus Dra. Hj. Sri Hayati barusman, Senin (21-12-2015). Pembahasan dan implementasi struktur bangunan baja penahan gempa meliputi simulasi komputer, hingga pengajuan di laboratorium. Buat kajian di Lampung, suami Susi Frida Pasaribu, S.E., M.M., ini mengeksplor struktur gempa terhadap implementasi Tridarma Perguruan Tinggi mencakup pendidikan (pengajaran), riset penelitian dan pengabdian masyarakat. “Termasuk juga fokus meneliti bangunan sederhana dan rumah adat Lampung (rumah panggung) sangat tahan beban gempa. Apalagi belum ada pendalaman (penelitian) terhadap fenomena tersebut. Kita (FT UBL) akan mengeksplor kebijakan-kebijakan lokal agar terpublikasi. Jadi kita semua belajar dari kearifan lokal,” ucap pria asal Medan, Sumatera Utara ini. Hal lain yang akan dilakukan lulusan S1 Fakultas Teknik (FT) Sipil ITB ini yakni rutin mengedukasi dan mensosialisasi masyarakat tentang adanya bangunan tahan gempa. Padahal panduan-panduan tahan gempa beredar luas, termasuk regulasi Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen-PU), namun atensi dan pembelajaran publik terhadap kewaspadaan gempa masih sedikit. “Publik harus bisa menerima hal ini agar meminimalisir korban jiwa dari kepiawaian membangun bangunan tahan gempa yang lebih baik,” terang pemilik 7 referensi publikasi jurnal internasional ini. Selain itu, diperlukan juga pola dan formulasi keterlibatan para ahli. Terlebih FT UBL bersama FT perguruan tinggi lain sedang menggagas terbentuknya Assosiasi Ahli Rekayasa Gempa Indonesia (AARGI) Perwakilan Lampung. Sudah dibentuk nasional dan banyak (terbentuk) di Pulau Jawa. Ini akan jadi asosiasi yang berkontrubusi untuk memberikan public education baik serapan materi dan praktikal di masyarakat,” jelasnya. Anggota professional society membership and service International di ASCE, AISC, EERI dan NEES ini berharap agar UBL memiliki laboratorium pengujian struktur bangunan anti gempa sehingga menjadi tradecenter gempa di Sumbagsel, Lampung hingga nasional. Kita bisa contoh Jepang dan Amerika dengan “safetable meja getar” yakni model alat catatan gempa penguji struktural bangunan tahan gempa. Termasuk rutin gelar seminar internasional gempa. Ini bentuk edukasi, peringatan dan bantuan (solusi) dari UBL agar dimanfaatkan publik,“ tukas dosen yang berkiprah di UBL sejak 2003 ini. |
Share